BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketoasidosis
diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh
defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetik juga merupakan
komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan
elektrolit, dan asidosis. Ketoasidosis diabetik ini
diakibatkan oleh defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling
serius pada diabetes ketergantungan insulin.
Ketoasidosis diabetukum lebih sering terjadi
pada usia <65 tahun. Ketoasidosis diabetikum lebih sering terjadi pada
perempuan dibanding laki-laki. Surveillance Diabetes Nasional Program Centers
for Disease Control (CDC) memperkirakan bahwa ada 115.000 pasien pada tahun
2003 di Amerika Serikat, sedangkan pada tahun 1980 jumlahnya 62.000. Di sisi
lain, kematian KAD per 100.000 pasien diabetes menurun antara tahun 1985 dan
2002 dengan pengurangan kematian terbesar di antara mereka yang berusia 65
tahun atau lebih tua dari 65 tahun. Kematian di KAD terutama disebabkan oleh
penyakit pengendapan yang mendasari dan hanya jarang komplikasi metabolik
hiperglikemia atau ketoasidosis.
Adanya
gangguan dalam regulasi insulin dapat cepat menjadi ketoasidosis diabetik
manakala terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa, ketidakseimbangan
jumlah intake makanan dengan insulin, adolescen
dan pubertas, aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes, dan stress yang
berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional.
Perawatan pada
pasien yang mengalami KAD antara lain meliputi rehidrasi, pemberian kalium
lewat infus, dan pemberian insulin. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi
selama pengobatan KAD adalah edema paru, hipertrigliseridemia, infark miokard
akut, dan komplikasi iatrogenik. Komplikasi iatrogenik tersebut ialah
hipoglikemia, hipokalemia, edema otak, dan hipokalsemia.
1.2
Rumusan Masalah
1)
Apa definisi ketoasidosis
diabetikum (KAD)?
2) Apaetiologi
ketoasidosis diabetikum (KAD)?
3) Faktor
pencetus ketoasidosis diabetikum (KAD)?
4) Bagaimana patofisiologi dari ketoasidosis diabetikum (KAD)?
5) Apa saja manifestasi klinis ketoasidosis diabetikum (KAD)?
6) Apa saja pemeriksaan penunjang klien dengan ketoasidosis
diabetikum (KAD)?
7) Bagaimana penatalaksanaan klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD)?
8) Apa komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD)?
9) Bagaimana prognosis dari klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD)?
10)
Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD)?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mahasiswa
dapat menjelaskan dan melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
ketoasidosis diabetikum (KAD).
1.3.2
Tujuan Khusus
1) Mengetahui definisi ketoasidosis diabetikum (KAD).
2) Mengetahui etiologi ketoasidosis diabetikum (KAD)
3) Faktor pencetus ketoasidosis diabetikum (KAD).
4) Mengetahui patofisiologi dari ketoasidosis diabetikum (KAD).
5)
Menyebutkan manifestasi
klinis ketoasidosis diabetikum (KAD).
6)
Mengetahui pemeriksaan
penunjang pada ketoasidosis diabetikum (KAD).
7)
Mengetahui penatalaksanaan
klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).
8) Mengetahui komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD).
9)
Mengetahui prognosis klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).
10) Menjelaskan asuhan keperawatan pasien
dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).
1.4 Manfaat
1)
Mendapatkan pengetahuan tentang ketoasidosis diabetikum (KAD).
2)
Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan tentang ketoasidosis diabetikum (KAD).
3)
Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
ketoasidosis diabetikum (KAD).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ketoasidosis Diabetik
2.1.1
Pengetian Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketoasidosis
diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut
diabetes melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat
diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat
sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut
diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat
insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes
ketergantungan insulin.
2.1.2
Etiologi
Ada
sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali.
Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya
faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan
pencegahan ketoasidosis berulang.
2.1.3
Faktor pencetus
Faktor
pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut,
penggunaan obat golongan steroid, serta menghentikan atau mengurangi dosis insulin.
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang
dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak
diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
2.
Keadaan sakit atau infeksi.
3.
Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis
dan tidak diobati.
2.1.4
Patofisiologi
Ketoasidois terjadi bila tubuh
sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan lemak untuk memenuhi
kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan
terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan
bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan
makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit
diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti
kematian otot jantung, stroke, dan sebagainya.
Faktor faktor pemicu yang paling
umum dalam perkembangan ketoasidosis diabetik (KAD) adalah infeksi, infark
miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan gangguan
metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD) adalah tergolong
konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam
jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan
glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan kelebihan produksi asam
asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah) menjadi keton,
menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan
menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit
seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi
terjadi bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan
dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan
dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering
terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolit. Sehingga,
perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking vicious
yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme
karbohidrat dan lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang,
jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga . Disamping itu produksi
glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan
hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari
dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh
urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna
elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan
kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida
selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain
adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol.
Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis
diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut.
Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan
keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
2.1.5
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari KAD adalah :
1)
Hiperglikemi
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan:
(1)
Poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus)
(2) Penglihatan yang kabur
(3) Kelemahan
(4) Sakit kepala
(5) Pasien dengan
penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita hipotensi
ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada
saat berdiri).
(6) Penurunan volume dapat
menimbulkan hipotensi yang nyata disertai denyut nadi lemah dan cepat.
(7) Anoreksia, mual,
muntah dan nyeri abdomen.
(8) Pernapasan Kussmaul
ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna melawan efek dari
pembentukan badan keton.
(9) Mengantuk (letargi)
atau koma.
(10)
Glukosuria berat.
(11)
Asidosis metabolik.
(12)
Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan
elektrolit.
(13)
Hipotensi dan syok.
(14)
Koma atau penurunan
kesadaran.
2.1.6
Pemeriksaan penunjang
1) Glukosa.
Kadar glukosa dapat
bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin memperlihatkan
kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar
sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat
dehidrasi.
Harus
disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar
glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar
glukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin
tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
2) Natrium.
Efek
hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap
100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan
oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum
meningkat dengan jumlah yang sesuai.
3)
Kalium.
Ini perlu diperiksa
sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan. EKG dapat
digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
4)
Bikarbonat.
Kadar bikarbonat
serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat
pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik
(pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan
urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion untuk
menilai derajat asidosis.
5)
Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah
putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran kiri
mungkin menyarankan mendasari infeksi.
6)
Gas darah arteri (ABG).
pH
sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH measurements.
Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada tingkat gas darah vena pada pasien
dengan KAD adalah lebih rendah dari pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan ini
relatif dapat diandalkan dan bukan dari signifikansi klinis, hampir tidak ada
alasan untuk melakukan lebih menyakitkan ABG. Akhir CO2 pasang surut telah
dilaporkan sebagai cara untuk menilai asidosis juga.
7)
Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi
ginjal. Selain itu, ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis
jaringan yang mendasarinya.
8)
β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk
mengikuti respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol /
L dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk
ketoasidosis diabetik (KAD).
9)
Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan
urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran kencing yang
mendasari.
10)
Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na
+) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8. Pasien dengan
diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya memiliki
osmolalitis > 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari
> 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh pada kondisi koma.
11)
Fosfor
Jika pasien berisiko
hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis), maka tingkat
fosfor serum harus ditentukan.
12)
Tingkat BUN meningkat.
Anion
gap yang lebih tinggi dari biasanya.
13)
Kadar kreatinin
Kenaikan kadar
kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada dehirasi.
Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang
terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
2.1.7
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis
diabetik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tes toleransi Glukosa
(TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini dianjurkan untuk
pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2.
Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3.
Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4.
Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5.
Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis
2.1.8
Penatalaksanaan
1) Prinsip terapi KAD
adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan ketidakseimbangan
elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada. Pengawasan ketat, KU
jelek masuk HCU/ICU
v Fase I/Gawat :
(1)
Rehidrasi
Ø Berikan cairan
isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam
Ø pertama, lalu 80 tpm
selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-
6L/24jam)
Ø Atasi syok (cairan 20
ml/kg BB/jam)
Ø Bila syok teratasi
berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
Ø Rehidrasi dilakukan
bertahap untuk menghindari herniasi batang otak (24 – 48 jam).
Ø Bila Gula darah <
200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
Ø Koreksi hipokalemia
(kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
Ø Monitor keseimbangan
cairan
(2)
Insulin
Ø Bolus insulin kerja
cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
Ø Berikan insulin kerja
cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan isotonic
Ø Monitor Gula darah
tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam sekali
Ø Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila
: AGD < 15 mEq/L ³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3
(3)
Infus K (tidak boleh bolus)
Ø Bila K+ < 3mEq/L,
beri 75mEq/L
Ø Bila K+ 3-3.5mEq/L,
beri 50 mEq/L
Ø Bila K+ 3.5 -4mEq/L,
beri 25mEq/L
Ø Masukkan dalam NaCl
500cc/24 jam
(4)
Infus Bicarbonat
Ø ü Bila pH 7,1,
tidak diberikan
(5)
Antibiotik dosis tinggi
Batas fase I dan fase
II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi
v Fase II/Maintenance:
(1)
Cairan maintenance
Ø Nacl 0.9% atau D5 atau
maltose 10% bergantian
Ø Sebelum maltose,
berikan insulin reguler 4IU
(2)
Kalium
Ø Perenteral bila K+ 240
mg/dL atau badan terasa tidak enak.
Ø Saat sakit, makanlah
sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu makan, boleh makan bubur
atau minuman berkalori lain.
Ø Minumlah yang cukup
untuk mencegah dehidrasi.
2) Penanganan KAD
(ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga agen berikut
(1) Cairan.
Pasien penderita KAD
biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl 0,9 % diberikan 500-1000
ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal salin hipotonik (0,45 %) dapat
digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang
beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan sedang
hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam
selanjutnya.
(2) Insulin.
Insulin intravena
paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular adalah alterantif bila pompa
infusi tidak tersedia atau bila akses vena mengalami kesulitan, misalnya pada
anak anak kecil. Asidosis yang terjadi dapat diatasi melalui pemberian insulin
yang akn menghambat pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan
senyawa-senyawa yang bersifat asam. Insulin diberikan melalui infus dengan
kecaptan lambat tapi kontinu ( misal 5 unti /jam). Kadar glukosa harus diukur
tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus bila kadar glukosa darah
mencpai 250 – 300 mg/dl untuk menghindari penurunan kadar glukosa darah yang
terlalu cepat.
(3) Potassium.
Meskipun ada kadar
potassium serum normal, namun semua pasien penderita KAD mengalami depresi
kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat.
Input saline
fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali selama defisit cairan
dan elektrolite pasien semakin baik. Insulin intravena diberikan melalui infusi
kontinu dengan menggunakan pompa otomatis, dan suplemen potasium ditambahkan
kedalam regimen cairan. Bentuk penanganan yang baik atas seorang pasien
penderita KAD (ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring klinis dan
biokimia yang cermat.
2.1.9
Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat
berupa:
1)
Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup
dini. Bila penderita mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air
kencingnya terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai
naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik
akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain itu
nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung kongesif.
2)
Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada
lensa mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan.
Tetapi bila tidak terlambat dan segera ditangani secara dini dimana kadar
glukosa darah dapat terkontrol, maka penglihatan bisa normal kembali
3)
Syaraf ( Neuropati Diabetik )
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita
bisa stres, perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat dirasakan
(mati rasa). Telapak kaki hilang rasa membuat penderita tidak merasa bila
kakinya terluka, kena bara api atau tersiram air panas. Dengan demikian luka
kecil cepat menjadi besar dan tidak jarang harus berakhir dengan amputasi.
4)
Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya
aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai komplikasi
jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot jantung akut, maka serangan
tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak.
Selain itu terganggunya saraf otonom yang tidak berfungsi, sewaktu istirahat
jantung berdebar cepat. Akibatnya timbul rasa sesak, bengkak, dan lekas lelah.
5)
Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila
penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan
segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari
rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang.
6)
Impotensi.
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang
impotensi yang dialami. Hal ini terjadi bila diabetes yang diderita telah
menyerang saraf. Keluhan ini tidak hanya diutarakan oleh penderita lanjut usia,
tetapi juga mereka yang masih berusia 35 – 40 tahun. Pada tingkat yang lebih
lanjut, jumlah sperma yang ada akan menjadi sedikit atau bahkan hampir tidak
ada sama sekali. Ini terjadi karena sperma masuk ke dalam kandung seni (ejaculation
retrograde).
Penderita yang mengalami komplikasi ini, dimungkinkan mengalami
kemandulan. Sangat tidak dibenarkan, bila untuk mengatasi keluhan ini penderita
menggunakan obat-obatan yang mengandung hormon dengan tujuan meningkatkan
kemampuan seksualnya. Karena obat-obatan hormon tersebut akan menekan produksi
hormon tubuh yang sebenarnya kondisinya masih baik. Bila hal ini tidak
diperhatikan maka sel produksi hormon akan menjadi rusak. Bagi diabetes wanita,
keluhan seksual tidak banyak dikeluhkan.
Walau demikian diabetes millitus mempunyai pengaruh jelek pada
proses kehamilan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah mudah mengalami
keguguran yang bahkan bisa terjadi sampai 3-4 kali berturut-turut, berat bayi
saat lahir bisa mencapai 4 kg atau lebih, air ketuban yang berlebihan, bayi
lahir mati atau cacat dan lainnya.
7)
Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah
melalui air seni, ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain
itu tingkat kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan
kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara
otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk menambah takanan darah.
8)
Komplikasi lainnya.
Selain komplikasi yang telah disebutkan di
atas, masih terdapat beberapa komplikasi yang mungkin timbul. Komplikasi
tersebut misalnya:
(1)
Ganggunan pada saluran pencernakan akibat kelainan urat saraf.
Untuk itu makanan yang sudah ditelan terasa tidak bisa lancar turun ke lambung.
(2)
Gangguan pada rongga mulut, gigi dan gusi. Gangguan ini pada
dasarnya karena kurangnya perawatan pada rongga mulut gigi dan gusi, sehingga
bila terkena penyakit akan lebih sulit penyembuhannya.
(3)
Gangguan infeksi. Dibandingkan dengan orang yang normal,
penderita diabetes millitus lebih mudah terserang infeksi.
2.1.10
Prognosis
Prognosis dari
ketoasidosis diabetik biasanya buruk, tetapi sebenarnya kematian pada pasien
ini bukan disebabkan oleh sindom hiperosmolarnya sendiri tetapi oleh penyakit
yang mendasar atau menyertainya. Angka kematian masih berkisar 30-50%. Di
negara maju dapat dikatakan penyebab utama kematian adalah infeksi, usia lanjut
dan osmolaritas darah yang sangat tinggi. Di negara maju angka kematian dapat
ditekan menjadi sekitar 12%.
Ketoasidosis
diabetik sebesar 14% dari seluruh rumah sakit penerimaan pasien dengan diabetes
dan 16% dari seluruh kematian yang berkaitan dengan diabetes. Angka kematian
keseluruhan adalah 2% atau kurang saat ini. Pada anak-anak muda dari 10
tahun, ketoasidosis diabetikum menyebabkan 70% kematian terkait diabetes.
2.1.11
ASUHAN
KEPERAWATAN
1)
Pengkajian
(1)
Pengumpulan data
Anamnese didapat :
a.
Identifikasi klien.
b.
Keluhan utama klien
Mual muntah
c.
Riwayat penyakit sekarang
d.
Riwayat penyakit dahulu
Menderita Diabetes Militus
e.
Riwayat kesehatan keluarga
f.
Riwayat psikososial
(2)
Pemeriksaan fisik
a.
B1 (Breath)
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak).
Tanda : Lapar udara,
batuk dengan/tanpa sputum purulenFrekuensi pernapasan meningkat.
b.
B2 (Blood)
1.
Tachicardi
2.
Disritmia
c.
B3 (Bladder) :
Awalnyapoliuridapatdiikutioliguridananuri
d.
B4 (Brain)
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia.
Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi,
stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguanmemori (baru, masa lalu), kacau mental,
aktifitas kejang (tahap
lanjut dari DKA)
e.
B5 (Bowel)
1.
Distensi abdomen
2.
Bisingususmenurun
f.
B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istrahat/tidur.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas
2)
Diagnosa keperawatan
- Defisit volume cairan
berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia, pengeluaran
cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau
mental
- Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status
hipermetabolisme
- Kelelahan berhubungan dengan metabolisme
sel menurun
- Gangguanasambasaberhubungandenganinsufisiensi
insulin.
3)
Rencana Keperawatan
Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat
hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake
akibat mual
Kriteria
Hasil :
-
TTV dalam batas normal:
Nadi :
60-100 x/menit
RR :
16-20 x/menit
TD :
100-140 mmHg | 60-90 mmHg
Suhu : 36.5-37.5 0C
-
Pulse perifer dapat teraba
-
Turgor kulit dan capillary refill baik
-
Keseimbangan urin output
-
Kadar elektrolit normal
Intervensi
|
Rasional
|
1.Kaji riwayat
durasi/intensitas mual, muntah dan berkemih berlebihan
2.Monitor vital sign dan perubahan tekanan
darah orthostatik
3.Monitor perubahan respirasi: kussmaul, bau
aceton
4.Observasi kulaitas nafas, penggunaan otot
asesori dan cyanosis
5.Observasi ouput dan kualitas urin.
6.Timbang BB
7.Pertahankan cairan 2500 ml/hari jika
diindikasikan
8.Ciptakan lingkungan yang nyaman,
perhatikan perubahan emosional
9.Catat hal yang dilaporkan seperti mual,
nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung
10.Obsevasi adanya perasaan kelelahan yang
meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur dan adanya distensi pada
vaskuler
Kolaborasi:
-Pemberian NS dengan atau tanpa dextrosa
-Albumin, plasma, dextran
-Pertahankan kateter terpasang
-Pantau pemeriksaan lab :
·
Hematokrit
·
BUN/Kreatinin
·
Osmolalitas darah
·
Natrium
·
Kalium
-Berikan Kalium sesuai indikasi
-Berikan bikarbonat jika pH <7,0
-Pasang NGT dan
lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi
|
Membantu
memperkirakan pengurangan volume total. Proses infeksi yang menyebabkan demam
dan status hipermetabolik meningkatkan pengeluaran cairan insensibel.
Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia. Hipovolemia berlebihan dapat ditunjukkan dengan penurunan TD
lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk atau berdiri.
Pelepasan asam karbonat lewat respirasi menghasilkan alkalosis
respiratorik terkompensasi pada ketoasidosis. Napas bau aceton disebabkan
pemecahan asam keton dan akan hilang bila sudah terkoreksi
Peningkatan beban nafas menunjukkan ketidakmampuan untuk
berkompensasi terhadap asidosis
Menggambarkan kemampuan kerja ginjal dan keefektifan terapi
Menunjukkan status cairan dan keadekuatan rehidrasi
Mempertahankan hidrasi dan sirkulasi volume
Mengurangi peningkatan suhu yang menyebabkan pengurangan
cairan, perubahan emosional menunjukkan penurunan perfusi cerebral dan
hipoksia
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung,
sering menimbulkan muntah dan potensial menimbulkan kekurangan cairan
& elektrolit
Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat mungkin sangat
berpotensi menimbulkan beban cairan dan GJK
Pemberian tergantung derajat kekurangan cairan dan respons
pasien secara individual
Plasma ekspander dibutuhkan saat kondisi mengancam kehidupan
atau TD sulit kembali normal
Memudahkan pengukuran haluaran urin
Mengkaji tingkat hidrasi akibat hemokonsentrasi
Peningkatan nilai mencerminkan kerusakan sel karena dehidrasi
atau awitan kegagalan ginjal
Meningkat pada hiperglikemi dan dehidrasi
Menurun mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel
(diuresis osmotik), tinggi berarti kehilangan cairan/dehidrasi berat atau
reabsorpsi natrium dalam berespons terhadap sekresi aldosteron
Kalium terjadi pada awal asidosis dan selanjutnya hilang
melalui urine, kadar absolut dalam tubuh berkurang. Bila insulin diganti dan
asidosis teratasi kekurangan kalium terlihat
Mencegah hipokalemia
Memperbaiki asidosis pada hipotensi atau syok
Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan muntah
|
- Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakcukupan
insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
Kriteria
hasil :
-
Klien mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
-
Menunjukkan tingkat energi biasanya
-
Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan sesuai rentang normal
Intervensi
|
Rasional
|
1.Pantau berat badan
setiap hari atau sesuai indikasi
2.Tentukan program diet dan pola makan
pasien dan bandingkan dengan makanan yang dihabiskan
3.Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri
abdomen/perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum dicerna, pertahankan
puasa sesuai indikasi
4.Berikan makanan yang mengandung nutrien
kemudian upayakan pemberian yang lebih padat yang dapat ditoleransi
5.Libatkan keluarga pasien pada perencanaan
sesuai indikasi
6.Observasi tanda hipoglikemia
7.Kolaborasi :
· Pemeriksaan GDA
dengan finger stick
· Pantau pemeriksaan
aseton, pH dan HCO3
·
Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi
· Berikan larutan
dekstrosa dan setengah salin normal
|
Mengkaji pemasukan
makanan yang adekuat termasuk absorpsi dan utilitasnya
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapetik
Hiperglikemia dan ggn keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan motilitas/fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik)yang akan
mempengaruhi pilihan intervensi.
Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar
dan fungsi gastrointestinal baik
Memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan
nutrisi pasien
Hipoglikemia dapat terjadi karena terjadinya metabolisme
karbohidrat yang berkurang sementara tetap diberikan insulin , hal ini secara
potensial dapat mengancam kehidupan sehingga harus dikenali
Memantau gula darah lebih akurat daripada reduksi urine untuk
mendeteksi fluktuasi
Memantau efektifitas kerja insulin agar tetap terkontrol
Mempermudah transisi pada metabolisme karbohidrat dan
menurunkan insiden hipoglikemia
Larutan glukosa setelah insulim dan cairan membawa gula darah
kira-kira 250 mg/dl. Dengan mertabolisme karbohidrat mendekati normal
perawatan harus diberikan untuk menhindari hipoglikemia
|
- Kelelahanberhubungandenganmetabolismeselmenurun
Kriteriahasil :
-
Mengungkapkanpeningkatan
energy
-
Menunjukkanperbaikankemampuanuntukberpartisipasidalamaktivitas
yang diinginkan
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.Buatjadwalperencanaandenganpxdanidentifikasiaktifitas yang
menimbulkankelelahan.
2.Berikanaktifitas alternative denganperiodeistireahat yang
cukup/tanpadiganggu.
3.Pantaunadifrekuensipernafasandantekanandarahsebelum/sesudahaktifitas.
4.Diskusikancaramenghematkaloriselamamandi, berpindahtempatdansebagainya.
5.Tingkatkanpartisipasipxdalammelakukanaktifitassehari – seharisesui
yang dapatditoleransi.
|
Dapatmemberikanmotifasiuntukmeningkatkanaktifitasmeskipunpxmasihlemah
Mencegahkelelahan
yang berlebihan
Mengindikasikantingkataktifitas
yang dapatditoleransi
Pasienakandapatmelakukanlebihbanyakkegiatandenganpenurunankebutuhanakan
energy padasetiapkegiatan
Meningkatkankepercayaan/hargadiri yang positifsesuaitingkataktivitas
yang dapatditoleransipx.
|
|
- Gangguanasambasaberhubungandenganinsufisiensi
insulin
Kriteriahasil:
Klienmemperlihatkan balance asam-basa.
Intervensi
|
Rasional
|
1.Pertahankan pemberianoksigen
2.Monitoring gas
darah
3.Observasi
adanyatandaketoasidosis; mual, muntah, nyeri abdomen, kemerahanwajah,
nafasbauaseton, nafaskusmaull
4.Monitoring bisingusustiap 8 jam, bilaadaberikanmakansesuaitoleransi
|
Memaksimalkanuntukbernafas
Menunjukkanstabilitas/sebagaiindikator
pH darah
Denganmengetahuigejalalebihawalbisameminimalkanterjadinyaketoasidosis
diabetic
Penurunanatauhilangnyabisingususmerupakanindikasiadanya
ileus paralitik yang
berartihilangnyamotilitasususdanatauketidakseimbanganelektrolit.
|
2.2
Krisis Tiroid
2.2.1
Defenisi
Krisis tiroid
merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat mengancam
jiwa, umumnya ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma
multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus : infeksi, operasi,
trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian
obat anti tiroid, ketoasidosis, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskuler/strok,
palpas tiroid terlalu kuat.
2.2.2
Etiologi
Krisis tiroid dapat
terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus,
peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Krisis tiroid akibat
malfungsi hipofisi memberikan gambaran kadar HT dan TSH yang tinggi. TRF akan
rendah karena umpan balik negatif dari HT dan TSH. Krisis tiroid akibat
malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH
yang berlebihan.
1) Penyebab utama
(1) Penyakit Grave
(2) Toxic multinodular
(3) “Solitary toxic adenoma”
2) Penyebab lain
(1) Tiroiditis
(2) Penyakit troboblastis
(3) Ambilan hormon tiroid secara berlebihan
(4) Pemakaian yodium yang berlebihan
(5) Kanker pituitari
(6) Obat-obatan seperti Amiodarone
2.2.3
Patofisiologi
2.2.4
Manifestasi klinis
- Peningkatan
frekuensi denyut jantung
- Peningkatan
tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin
- Peningkatan
laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap
panas, keringat berlebihan
- Penurunan
berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
- Peningkatan
frekuensi buang air besar
- Gondok
(biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
- Gangguan
reproduksi
- Tidak
tahan panas
- Cepat
letih
- Tanda
bruit
- Haid
sedikit dan tidak tetap
- Pembesaran
kelenjar tiroid
- Mata
melotot (exoptalmus)
2.2.5
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa bergantung
kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan
TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan
saraf pusat atau kelenjar tiroid.
- TSH(Tiroid
Stimulating Hormone)
- Bebas
T4 (tiroksin)
- Bebas
T3 (triiodotironin)
- Diagnosa
juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi untuk memastikan pembesaran
kelenjar tiroid
- Tiroid
scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
- Hipertiroidisme
dapat disertai penurunan kadar lemak serum
- Penurunan
kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia
2.2.6
Komplikasi
Komplikasi Krisis
tiroid yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal
ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani
terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid
yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat
besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106°F),
dan, apabila tidak diobati, kematian.
Penyakit jantung
Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena
agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid :
mortalitas
2.2.7
Penatalaksanaan
1)
Konservatif
Tata laksana penyakit
Graves :
a.
Obat Anti-Tiroid. Obat ini
menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala
hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
(1)
Thioamide
(2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
(3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis
maksimal 2.000 mg/hari
(4) Potassium Iodide
(5) 2Sodium Ipodate
(6) Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk
mengurangi gejala-gejal hipotiroidisme. Contoh: Propanolol
2.2.8
Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang
hiperaktif
b. Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan
ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar
2.2.9
ASUHAN KEPERAWATAN
1)
Pengkajian
1. Aktivitas atau istirahat
a.
Gejala : Imsomnia,
sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat
b.
Tanda : Atrofi otot
2. Sirkulasi
a.
Gejala : Palpitasi, nyeri
dada (angina)
b.
Tanda : Distritmia
(vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan
tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok
(krisis tirotoksikosis)
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan
pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih
(infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine
encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria
jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
4. Integritas / Ego
a.
Gejala : Stress, tergantung
pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
b.
Tanda : Ansietas peka
rangsang
5. Makanan / Cairan
a.
Gejala : Hilang nafsu
makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa
atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid).
b.
Tanda : Kulit kering atau
bersisik, muntah, Pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan metabolisme dengan
pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
6. Neurosensori
a.
Gejala : Pusing atau
pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan
penglihatan
b.
Tanda : Disorientasi,
megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori ( baru
masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas
kejang ( tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang
tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi, tampak
sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
a.
Gejala : Merasa kekurangan
oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau
tidak)
b.
Tanda : sesak napas, batuk
dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat
2)
Diagnosa Keperawatan
1.
Risiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,
keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
2.
Kelelahan berhubungan
dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
3.
Risiko tinggi terhadap
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)
3)
Perencanaan / Intervensi.
Dx. I :
a.
Pantau tekanan darah pada
posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan
nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai
akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
b.
Periksa kemungkinan adanya
nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen
oleh otot jantung atau iskemia
c.
Auskultasi suara nafas.
Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah
jantung meningkat pada keadaan hipermetaboli
Dx. II :
- Pantau
tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat ,
takikardia mungkin ditemukan
- Ciptakan
lingkungan yang tenang.
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat
menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
- Sarankan
pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan
metabolisme
Dx. III :
- Catat
adanya anoreksia, mual dan muntah.
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan
gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
- Pantau
masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari Rasional :
Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
- Kolaborasi
untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan
zat-zat
4)
Implementasi
Dx. I :
a.
Memantau tekanan darah pada
posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan
nadi.
b.
Memeriksa kemungkinan
adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
c.
Mengauskultasi suara
nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
Dx. II :
a.
Memantau tanda vital dan
catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
b.
Menciptakan lingkungan
yang tenang.
c.
Menyarankan pasien untuk
mengurangi aktivitas
Dx. III :
2.3 Mencatat adanya anoreksia, mual dan muntah.
2.4 Memantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap
hari
2.5 Berkolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein,
karbohidrat dan vitamin.
5)
Evaluasi
Dx. I
|
S
|
:
|
Klien mengatakan tidak lemas lagi
|
|
O
|
:
|
Tekanan darah pasien mulai normal
|
|
A
|
:
|
Masalah teratasi sebagian
|
|
P
|
:
|
Intervensi dilanjutkan
|
Dx. II
|
S
|
:
|
Klien mengatakan perasaan lemas
sudah mulai berkurang.
|
|
O
|
:
|
Klien kelihatan bersemangat
|
|
A
|
:
|
Masalah teratasi sebagian
|
|
P
|
:
|
Intervensi dilanjutkan
|
Dx. III
|
S
|
:
|
Klien mengatakan nafsu makan mulai
ada
|
|
O
|
:
|
Porsi yang disajikan habis, BB mulai
normal
|
|
A
|
:
|
Masalah teratasi sebagian
|
|
P
|
:
|
Intervensi dilanjutkan
|
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Ketoasidosis diabetikum adalah kasus
kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau
absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau
DM tipe II). Adanya gangguan dalam regulasi
insulin, khususnya pada IDDM dapat cepat menjadi diabetik ketoasidosis manakala
terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa, ketidakseimbangan jumlah intake
makanan dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas yang tidak terkontrol
pada diabetes, dan stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau
tekanan emosional.
2. Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme
yang paling berat mengancam jiwa, umumnya ini timbul pada pasien dengan dasar
penyakit.
Graves atau troma moltiduler toksik
Ada beberapa paktor pencetus, yakni:
Infeksi - Penghentian obat anti tiroid
Operasi - Tromboemboli paru
Trauma - Penyakit stroke
Hipoglikemia
Hyperthyroidism merupakan
keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga
menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
B.
Saran
1) Untuk menghindari kondisi pasien dengan ketoasidosis diabetikum
jatuh pada kondisi tidak stabil, maka yang perlu dilakukan adalah sesegera
mungkin melakukan penggantian cairan dan
garam yang hilang, menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel
hati dengan pemberian insulin, mengatasi stres sebagai pencetus KAD (dalam
kasus ini diberikan antibiotik), serta mengembalikan keadaan fisiologi normal
dan menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian pengobatan.Sedangkan
untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak jatuh pada kondisi ketoasidosis
yaitu dengan melakukan manajemen nutrisis yang baik serta menetapkan taraf
insulin yang benat atau tepat dosis.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran dari makalah ini
yaitu :
(1)
Bagi mahasiswa/i dapat
berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai perawatan bagi
klien dengan penyakit krisis tiroid.
(2)
Bagi pasien dan keluarga
pasien yang ingin mengetahui cara bagaimana perawatan penyakit krisis tiroid.
(3)
Bagi masyarakat umum yang
berminat untuk membaca dan ingin mengetahui perawatan penyakit krisis tiroid.
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku
saku Diagnosa KeperawatanEdisi 8.EGC: Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta
.Askep
Diabetik Ketoacidosis.www.blogger-blogspot-com (diakses pada
tanggal 29 11 2012pukul 18.39 WIB).
Hardern,R.D., Quinn,N.D. Emergency management of diabetic
ketoacidosis in adults. www.ncbi.nlm.nih.gov (diakses
pada tanggal 2911 2012 pukul 18.45).
Hidayat. Ketoasidosis
DM.www.hidayat2.wordpress.com (diakses pada tanggal 29 11 2012 pukul 19.02 WIB).
HighBeam. Article: The clinical
management of diabetic ketoacidosis in adults.(Clinical).www.highbeam.com
(diakses pada tanggal 21 mei 2011 pukul 18.32 WIB).
______. Patologi
Ketoasidosis Diabetikum.www.id.shvoong.com (diakses
pada tanggal 2911 2012 pukul 20.05 WIB).
0 komentar:
Posting Komentar